Halo halo selamat pagi, siang, atau malam, tergantung apakah kamu membaca tulisan ini di pagi dengan terik yang membawa vitamin D, terik yang panas menghitamkan kulit, atau “terik” dari hasil pantulan cahaya matahari pada bulan.
Sejak pengumuman akan diselenggarakannya acara akbar LibreOffice Conference Indonesia (akan disingkat LOCI nanti) di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, saya belum begitu menggebu untuk memencet tombol dan mengisi formulir pendaftaran sebagai peserta. Saya mungkin lebih senang “memantau” dari kejauhan, mengharapkan kabar menarik dari teman-teman yang jerih payah mengurus atau mengikuti acara tersebut dari awal hingga akhir. Silakan teriakkan CURANG kepada saya :p
Kata CURANG makin dapat saya terima jika kamu memperhatikan bahwa video pembuka acara LOCI menggunakan muka saya sebagai modelnya. Ingin saya teriakkan tiiiiiiitt (baca: terima kasih) kepada Rania Amina.

Masak, “model” video di acara sepenting ini justru tidak tampil secara fisik “di hadapan” peserta, pikir saya waktu itu.
Meski tebersit demikian, saya juga belum merasa mantap untuk ikut acara konferensi pertama seputar LibreOffice di Indonesia ini.
Petir itu datang.
Pak Ahmad Haris—mantan manajer rilis BlankOn, duta Endless Indonesia, petinggi Komunitas LibreOffice Indonesia, dsb–“memaksa” saya untuk akhirnya mengikuti LOCI. Saat itu saya didapuk menjadi reporter di media sosial LibreOffice Indonesia, terutama akun Twitter @LibreOfficeID, membantu meliput acara dan memperbarui perkembangan acara secara langsung di situ. Dari keterangan ini, harap maklum jika Kabar Linux dalam beberapa hari terakhir tidak menerbitkan tulisan baru.

Beruntung saya mendaftarkan diri sebagai peserta pada tanggal 10 Maret, lima hari sebelum pendaftaran ditutup.
Oiya, selain karena didapuk menjadi reporter di media sosial LibreOffice Indonesia, ada alasan lain yang membuat saya merasa wajib mengikuti LOCI …
Tanggal 23 Maret yang kosong
Saya berangkat ke Surabaya pada hari Jumat 2018 sehingga secara otomatis akun @LibreOfficeID saya limpahkan kepada Rania Amina untuk melaporkan lokakarya yang diisi oleh pak Andika Triwidada. Walau begitu, saya tidak tahu pasti siapa yang mencuitkan kabar lokakarya pada tanggal 23 Maret itu.
Tunggu kisah selanjutnya nanti …